Berawal dari sebuah pertanyaan, kenapa jumlah rakaat shalat tidak sama, kenapa rentang waktunya juga tidak sama, pertanyaan tersebut kadang-kadang muncul tanpa kita berusaha mencari tahu “Apa dan Kenapa?”. Bil Iqtishar, saya akan tuliskan asal-usul jumlah rakaat shalat tersebut.
1. Shalat Subuh
Shalat Subuh, berhubungan erat dengan turunnya Nabi Adam dan Ibu Hawa, Nabi Adam dan Ibu Hawa diturunkan ke dunia diwaktu malam, Nabi Adam diturunkan di Bukit Ruhun Pulau Syailand India dan Ibu Hawa diturunkan di Makkah.
Kemudian setelah terbit Matahari, Nabi Adam sujud syukur dua kali ke
hadirat Allaah Subhaanahu Wa Ta’ala. Itulah sebabnya shalat subuh dua
rakaat memperingati Nabi Adam sebagai manusia pertama yang melakukan
sujud di Bumi.
1. Sujud pertama karena rasa syukur karena
hilangnya rasa takut terhadap gelap(karena di Sorga tidak ada siang dan
malam, nabi Adam melihat susasana malam pertama kali di Bumi, sehingga
Nabi Adam takut dengan suasana malam yang baginya terasa asing).
2. Sujud kedua, rasa syukur karena melihat siang dan awal hari, bersyukur masih diberikan kehidupan dari Allaah.
Oleh karena itu umat Nabi Muhammad disunahkan melakukan sujud syukur saat terlepas dari bahaya atau mendapatkan kenikmatan.
2. Shalat Dzuhur
Shalat Dzuhur ada hubungannya dengan proses Kurban Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il. Disini tidak akan saya ulangi sejarah Kurban, karena hal tersebut sudah kita ma’lumi bersama. Setelah Matahari tergelincir, Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il melakukan sujud empat kali, empat sujud Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il mempunyai makna:
A. Pertama, menyatakan syukur kepada Allaah telah selesai melaksanakan perintah Allaah yang sangat berat.
B. Kedua, menyatakan syukur karena dalam menjalankan perintah bisa terbebas dari godaan syaithan.
C. Ketiga, menyatakan syukur kepada Allaah karena diberikan anak yang shalih.
D. Keempat, menyatakan syukur karena Kurbannya digantikan oleh Allaah dengan seekor Kambing Kibas.
Demikianlah shalat Dzuhur empat rakaat dari peristiwa Kurban Nabi Ibrahim. Beliaulah manusia pertama yang melakukan sujud saat tergelincirnya Matahari.
3. Shalat Ashr
Shalat Ashr ada hubungannya dengan sejarah Nabi yunus. Ketika Nabi Yunus berada di dalam perut ikan, Malaikat Jibril mendatanginya dan mengajarkan sebuah do-a, “LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNIY KUNTU MINADZDZALIMIIN”, Tidak ada Tuhan kecuali Engkau, Maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim. Setelah membaca doa tersebut Ikan tersebut merasakan panas dan ahirnya memuntahkan Nabi Yunus, Nabi Yunus terdampar di tepi pantai, badannya lemas dan pingsan. Kemudian Allaah menciptakan buah Labu, dimana daun buah Labu tersebut menutupi Nabi Yunus dari terik panasnya Matahari dan atas kehendak Allaah datanglang kambing betina dan menyusui nabi Yunus yang kehausan, tepat waktu Ashr Nabi Yunus sadar dan melakukan sujud empat kali:
A. Sujud pertama, Syukur kepada Allaah karena beliau terlepas dari kegelapan pikiran, sehingga ia mendapat musibah ditelan ikan besar.
B. Sujud kedua, Syukur kepada Allaah karena terlepas dari bahaya maut, terkubur dalam perut ikan.
C. Sujud ketiga, Syukur kepada Allaah karena terlepas dari dalamnya laut yang sangat dalam.
D. Sujud keempat, Syukur kepada Allaah karena Allaah telah menggerakkan kambing betina yang memberikan air susunya sehingga kondisi fisiknya kembali pulih.
Dan semua itu dilakukan nabi Yunus pada waktu Ashr. Beliaulah manusia pertama yang melakukan sujud diwaktu Ashr.
4. Shalat Maghrib
Shalat Maghrib, ada hubungannya dengan peristiwa yang dialami Nabi Isa. Singkat cerita Raja Hedores seorang Raja dari Bani Israil tidak suka dengan Nabi Isa, maka ia melakukan fitnahan bahwa Isa adalah anakyang terlahir dari perzinahan dan ingin menangkapnya, di sisi lain, seorang murid Nabi Isa bernama Yahuza(dalam kisah lain bernama Yudas Iskariot) berhianat dan menunjukkan dimana Nabi Isa berkhalwat.
Yudas dan tentara Raja Hedores masuk ke Gua menjelang Maghrib, pada saat itu datanglah Malaikat Jibril menyelamatkan Nabi Isa, setelah selamat dari bahaya kematian Nabi Isa melakukan Sujud tiga kali:
A. Sujud pertama, Syukur kepada Allaah, karena terbebas dari fitnahan dan tuduhan yang tidak benar mengenai asal-usulnya.
B. Sujud kedua, Syukur kepada Allaah, karena telah menyelamatkan dari penganiayaan orang-orang Yahudi.
C. Sujud ketiga, Syukur kepada Allaah, karena telah dibebaskan dari kedzaliman Raja Hedores dan penghianatan muridnya.
Demikianlah Shalat Maghrib, Nabi Isa adalah manusia pertama yang melakukan sujud di saat maghrib di dunia sebalum beliau diangkat ke langit oleh Allaah.
5. Shalat Isya
Shalat Isya berhubungan dengan kisah Nabi Musa, Setelah 10 tahun meninggalkan Mesir dan tinggal di Madyan, Nabi Musa ingin kembali ke Mesir bersama istrinya. Dalam perjalanan menuju Mesir, Nabi Musa beristirahat di kaki bukit Tursina waktu itu sudah masuk malam hari. Tiba-tiba muncul sebuah sinar terang yang muncul dari atas Bukit Tursina, Nabi Musa naik ke atas bukit, sampai di atas bukit Nabi Musa mendengar firman Allaah dan mengangkat beliau menjadi rasul untuk bani Israil. Kemudian Nabi Musa memohon agar Allaah juga mengangkat kakaknya Harun menjadi Nabi sebagai pendampingnya, permintaannya dikabulkan dan Allaah juga memberinya mu’jizat sebagai tanda kenabian Nabi Musa. Selesai menerima wahyu Nabi Musa melakukan sujud empat kali:
A. Sujud pertama, syukur kepada Allaah telah menyelamatkannya dari kejaran pasukan Fir’aun pada tahun-tahun lalu sebelum ia hijrah ke Madyan
B. Sujud kedua, syukur kepada Allaah telah menolongya saat di Madyan dan memberinya istri(Putri Nabi Syuaib).
C. Sujud ketiga, syukur kepada Allaah telah mengangkatnya menjadi seorang Rasul untuk menyelamatkan bani Israil dari kedzaliman Raja Fir’aun.
D. Sujud keempat, syukur kepada Allaah atas terkabulnya doa-doanya, termasuk mengabulkan permintaannya mengangkat saudaranya(Harun) menjadi seorang Nabi dan Rasul, mendampingi Nabi Musa.
Demikianlah, shalat Isya empat rakaat, dimana Nabi Musa adalah manusia pertama di bumi yang melaksanakan sujud empat kali di waktu isya.
Penulis: Bapak Hilya Auliya Maharani Romadlon
Di kutip dari Kitab “Asraarushshalaah Wal Qurbatu Ilallaah”-KH. Abdul Malik