Bukankah
kita cukup pandai sekarang, dan mengapa harus menjadi seorang buruh selamanya.
Suatu hari sekitar
pukul 09.00 WIB, tidak ada yang beda dengan hari-hari sebelumnya. Aku duduk
diruang kerja untuk mngerjakan beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebelum
memulai pekerjaan, kebiasaanku adalah membaca buku MOTIVASI agar bersemangat dalam
bekerja. Salah satu penulis buku yang terkenal
yaitu ACHMAD RIFA’I RIF’AN yang berjudul MAN SHABARA ZHAFIRA kini jadi pilihan. Kurang lebih 45
menit membaca buku, secara tidak sadar diri ini terasa terhipnotis untuk
lebih giat lagi bekerja dan terasa dalam lingkaran orang-orang sukses yang
mendorong untuk berada didalamnya.
Sanking asyiknya dengan membaca, sampai tidak terasa
kalau jam di tangan sudah menunjukan pukul 10.00 WIB. Mau tak mau harus
mengakhirinya. Seperti biasanya, menyimpulkan apa yang sudah dibaca itu sudah kebiasaan . Entah ditulis di dalam sobekan kertas kecil atau di dalam buku
catatan agar dapat menyimpulkan maksud dan tujuan penulis yang disampaikan.
Kurang lebih kesimpulannya seperti ini “12 tahun kita sekolah, 12 tahun kita belajar. Tidak cukupkah waktu yang
demikian lama untuk kita meraih kesuksesan. Bapak/Ibu guru tidak layakkah
anakmu ini menjadi orang yang sukses. Kalau begitu, mengapa engkau berikan
informasi lowongan pekerjaan menjadi buruh di perusahaan orang terus menerus.
Bukankah itu semakin membentuk mental kami menjadi buruh.”. Sobekan kertas
kali ini yang menjadi tempat kesimpulannya.
Selesai menulis kesimpulan, aku langsung mengerjakan
beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari itu. Kesibukan yang terjadi pada
hari itu membuat lupa, dimana sobekan kertas yang berisi
kesimpulan tadi ?. Setelah tugas kantor selesai dan waktunya pulang. Sebelum
beranjak meninggalkan tempat kerja, aku mencoba untuk mencari sobekan kertas
tadi untuk dipelajari apa maksud yang ditulis penulisnya untuk pembaca. Dan
Alhamdulillah sobekan itu ketemu di selah-selah tumpukan kertas di meja kerja.
Kata perkata ku dalami makna dari kesimpulan bacaan buku
tersebut, tanpa disadari kekesalan pada seorang guru mulai muncul. Sedikit
kecewa kepada seorang guru yang hanya bisa meluluskan anak didiknya tanpa
dibekali mental yang kuat untuk menjadi seorang pemimpin. Kalau hal yang
seperti ini tidak ada yang membenahi tidak menutup kemungkinan para kader-kader
bangsa hanya bermental buruh. Kabar buruknya kita sebagai kader bangsa tidak
menyadari kalau kita terlalu nyaman menjadi seorang buruh yang tiap bulan
menerima gaji tanpa mengetahui berapa keuntungan perusahaan yang diperoleh
selama kita bekerja di dalamnya.
Kekesalan ini akhirnya ku tulis langsung dijejaring
sosial FACEBOOK lebih tepatnya group alumni sekolah dulu. Group yang sengaja
dibuat untuk berbagi informasi apapun yang berhubungan dengan sekolah.
Kata-kata yang aku tulis dalam group seperti ini :
“kenapa bapak/ibu guru kalau memberi informasi lowongan pekerjaan selalu
harus menjadi buruh di perusahaan orang. Sekali-kali kek seperti ini “ayo para
alumni SMK, yang mau sukses bergabungalah dengan kami, karena kami akan berbagi
tips dan trik untuk meraih kesuksesan di usia muda” inikan baru keren”.
Mengingat kebanyakan
alumni sekolahk sekarang bekerja diperusahaan orang alias buruh dan sedikit
yang melanjutkan keperguruan tinggi, harapan mereka untuk dapat merespons dengan
baik apa yang aku sampaikan di dalam group dan berfikir yang sama
untuk meningkatkan kualitas alumni selanjutnya.
Tidak perlu butuh waktu yang lama, salah satu teman
alumni yang seangkatan mengomentari statusku tersebut “kamu gila ya.
Kok kurang ajar kamu nulis status kayak gtu”. Dan komentar yang kedua langsung
dari salah satu guru pengajar di sekolah dulu, dengan ucapanya yang kasar sedikit
menyinggung prasaan, dia lontarkan “ mau jadi pengusaha apa?. Wong kamu aja
dulu waktunya pelajaran kewirausahaan gak pernah serius belajar. Mau jadi
pengusaha kerupuk kamu. Heheheheh”. Aku mencoba menjawab satu persatu
komentarnya dengan pikiran yang cukup tenang dan positif. Tak lama kemudian
teman yang lain mengomentarinya juga dengan sedikit bahasa yang halus
seakan-akan tidak ada unsur kritikan didalamnya. Ternyata apa yang direncanakan tidak bisa diterima dengan baik oleh teman-teman dan guru. Sedikit
kecewa karena ketika langkah kita ingin merubah hal yang baik tidak diberi
tanggapan yang baik pula. Tapi, ini tidak menyurutkan niatku untuk memberikan
perubahan yang besar pada diriku dan untuk orang-orang yang ada disekitarku.
Percaya ini adalah sebuah proses untuk menjadikan aku sukses
dan menjadi orang terkenal. kekecewaan yang terasa saat ini merupakan
sebagian kecil kekecawaan yang pernah dirasakan oleh orang-orang yang sukses
terdahulu. Dimana hal yang positif dan baik tidak selamanya diterima dengan
positif dan baik pula oleh semua orang. Terkadang kita harus sabar untuk
menghadapi ini semua dan harus berusaha lebih keras lagi agar apa yang kita
inginkan dapat tercapai.
Semoga apa yang aku tulis kali ini bermanfaat untuk teman-teman pembaca. dan hanya keritik dan saran yang aku tunggu dari teman-teman demi menyempurnakan artikelku selanjutnya.
SALAM SUKSES