Jumat, 04 Oktober 2013

PERCAYA AKU PASTI BISA



Bukankah kita cukup pandai sekarang, dan mengapa harus menjadi seorang buruh selamanya.
                 
              Suatu hari sekitar pukul 09.00 WIB, tidak ada yang beda dengan hari-hari sebelumnya. Aku duduk diruang kerja untuk mngerjakan beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebelum memulai pekerjaan, kebiasaanku adalah membaca buku MOTIVASI agar bersemangat dalam bekerja. Salah satu penulis buku yang terkenal yaitu ACHMAD RIFA’I RIF’AN yang berjudul MAN SHABARA ZHAFIRA kini jadi pilihan. Kurang lebih 45 menit membaca buku, secara tidak sadar diri ini terasa terhipnotis untuk lebih giat lagi bekerja dan terasa dalam lingkaran orang-orang sukses yang mendorong untuk berada didalamnya.


            Sanking asyiknya dengan membaca, sampai tidak terasa kalau jam di tangan sudah menunjukan pukul 10.00 WIB. Mau tak mau harus mengakhirinya. Seperti biasanya, menyimpulkan apa yang sudah dibaca itu sudah kebiasaan . Entah ditulis di dalam sobekan kertas kecil atau di dalam buku catatan agar dapat menyimpulkan maksud dan tujuan penulis yang disampaikan. Kurang lebih kesimpulannya seperti ini 12 tahun kita sekolah, 12 tahun kita belajar. Tidak cukupkah waktu yang demikian lama untuk kita meraih kesuksesan. Bapak/Ibu guru tidak layakkah anakmu ini menjadi orang yang sukses. Kalau begitu, mengapa engkau berikan informasi lowongan pekerjaan menjadi buruh di perusahaan orang terus menerus. Bukankah itu semakin membentuk mental kami menjadi buruh.”. Sobekan kertas kali ini yang menjadi tempat kesimpulannya.


            Selesai menulis kesimpulan, aku langsung mengerjakan beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari itu. Kesibukan yang terjadi pada hari itu membuat lupa, dimana sobekan kertas yang berisi kesimpulan tadi ?. Setelah tugas kantor selesai dan waktunya pulang. Sebelum beranjak meninggalkan tempat kerja, aku mencoba untuk mencari sobekan kertas tadi untuk dipelajari apa maksud yang ditulis penulisnya untuk pembaca. Dan Alhamdulillah sobekan itu ketemu di selah-selah tumpukan kertas di meja kerja.

            Kata perkata ku dalami makna dari kesimpulan bacaan buku tersebut, tanpa disadari kekesalan pada seorang guru mulai muncul. Sedikit kecewa kepada seorang guru yang hanya bisa meluluskan anak didiknya tanpa dibekali mental yang kuat untuk menjadi seorang pemimpin. Kalau hal yang seperti ini tidak ada yang membenahi tidak menutup kemungkinan para kader-kader bangsa hanya bermental buruh. Kabar buruknya kita sebagai kader bangsa tidak menyadari kalau kita terlalu nyaman menjadi seorang buruh yang tiap bulan menerima gaji tanpa mengetahui berapa keuntungan perusahaan yang diperoleh selama kita bekerja di dalamnya.

            Kekesalan ini akhirnya ku tulis langsung dijejaring sosial FACEBOOK lebih tepatnya group alumni sekolah dulu. Group yang sengaja dibuat untuk berbagi informasi apapun yang berhubungan dengan sekolah. Kata-kata yang aku tulis dalam group seperti ini :
kenapa bapak/ibu guru kalau memberi informasi lowongan pekerjaan selalu harus menjadi buruh di perusahaan orang. Sekali-kali kek seperti ini “ayo para alumni SMK, yang mau sukses bergabungalah dengan kami, karena kami akan berbagi tips dan trik untuk meraih kesuksesan di usia muda” inikan baru keren”.
Mengingat kebanyakan alumni sekolahk sekarang bekerja diperusahaan orang alias buruh dan sedikit yang melanjutkan keperguruan tinggi, harapan mereka untuk dapat merespons dengan baik apa yang aku sampaikan di dalam group dan berfikir yang sama untuk meningkatkan kualitas alumni selanjutnya.

            Tidak perlu butuh waktu yang lama, salah satu teman alumni yang seangkatan  mengomentari statusku tersebut “kamu gila ya. Kok kurang ajar kamu nulis status kayak gtu”. Dan komentar yang kedua langsung dari salah satu guru pengajar di sekolah dulu, dengan ucapanya yang kasar sedikit menyinggung prasaan, dia lontarkan “ mau jadi pengusaha apa?. Wong kamu aja dulu waktunya pelajaran kewirausahaan gak pernah serius belajar. Mau jadi pengusaha kerupuk kamu. Heheheheh”. Aku mencoba menjawab satu persatu komentarnya dengan pikiran yang cukup tenang dan positif. Tak lama kemudian teman yang lain mengomentarinya juga dengan sedikit bahasa yang halus seakan-akan tidak ada unsur kritikan didalamnya. Ternyata apa yang direncanakan tidak bisa diterima dengan baik oleh teman-teman dan guru. Sedikit kecewa karena ketika langkah kita ingin merubah hal yang baik tidak diberi tanggapan yang baik pula. Tapi, ini tidak menyurutkan niatku untuk memberikan perubahan yang besar pada diriku dan untuk orang-orang yang ada disekitarku.

            Percaya ini adalah sebuah proses untuk menjadikan aku sukses dan menjadi orang terkenal. kekecewaan yang terasa saat ini merupakan sebagian kecil kekecawaan yang pernah dirasakan oleh orang-orang yang sukses terdahulu. Dimana hal yang positif dan baik tidak selamanya diterima dengan positif dan baik pula oleh semua orang. Terkadang kita harus sabar untuk menghadapi ini semua dan harus berusaha lebih keras lagi agar apa yang kita inginkan dapat tercapai.
  

           Semoga apa yang aku tulis kali ini bermanfaat untuk teman-teman pembaca. dan hanya keritik dan saran yang aku tunggu dari teman-teman demi menyempurnakan artikelku selanjutnya.
SALAM SUKSES